Ketua RT 03/RW 03 Urip Sutrisno saat menggerakkan mesin pompa |
- Solar Tak Dipasok, Warga Kelabakan Gerakkan Mesin Pompa
Mojokerto-(satujurnal.com)
Upaya Pemkot Mojokerto mengatasi genangan banjir dengan mendirikan rumah pompa di Lingkungan Miji Baru III, Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon ternyata menimbulkan masalah baru.
Bahan bakar solar untuk penggerak mesin pompa senilai Rp 215 juta berdaya hisap 1.600 liter per detik sulit didapat lantaran penolakan pom bensin melayani pembelian solar terbentur regulasi Pertamina.
Selain itu, penyedotan air tidak maksimal karena banyak sampah yang tersedot pipa hingga terjadi penyumbatan. Pun untuk memulai penyedotan, harus dilakukan rekayasa penggelontoran air di pipa penyedot.
“Di satu sisi kegamangan warga akan banjir mulai hilang. Tapi persoalan justru muncul terkait bahan bakar untuk mesin pompa,” kata Urip Sutrisno, Ketua RT 03/RW 03 Lingkungan Miji Baru III, Kamis (03/01/2013).
Diungkap Urip, tatkala banjir menggenangi sekitar 100 rumah warga lingkungan Miji Baru III pada malam tahun baru, mesin penyedot air di rumah pompa senilai Rp 105 juta yang baru kelar dibangun Nopember 2012 difungsikan. Namun kesulitan untuk mendapatkan solar. Semua pom bensin menolak melayani. “Karena tidak boleh beli solar dengan ditampung di jeringen,” katanya.
Beruntung, markas perbekalan TNI yang berada di lingkungan yang sama membantu pengadaan solar. “Kami dibantu 10 liter solar. Itu pun hanya mampu menghidupkan mesin pompa sekitar setengah jam saja,” ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Urip, sesuai informasi yang diterima warga, untuk pengoperasian mesin pompa, Dinas PU Kota Mojokerto menyediakan bahan bakar solar berikut operatornya. “Tapi oleh staf dinas PU warga hanya diberi uang Rp 100 ribu untuk membeli solar. Seharusnya, solar disediakan, bukan dikonversi dengan uang begitu,” singgungnya.
Sementara untuk satu unit mesin pompa bermerk Nagoya menurutnya tidak berfungsi maksimal. “Menurut operatornya, ampernya terlalu tinggi. Dan lagi, untuk awal pembuangan air harus dipancing dulu. Untuk air pancingan kami terpaksa meminjam slang pemadam kebakaran, karena volume air yang dibutuhkan cukup besar,” kungkapnya.
Kendala lain, lanjut Urip, banyak sampah yang tersedot dan menyumbat pipa sehingga harus pembuangan air ke sungai Sadar tidak bisa maksimal. “Seharusnya sampah tidak sampai tersedot, kalau saja dibuatkan jaring kawat penahan sampah sebelum melewati pipa penyedot,” tukasnya.
Data LPSE Kota Mojokerto menyebutkan, selain pembangunan rumah pompa di Lingkungan Miji Baru III, pembangunan serupa juga dilakukkan di lingkungan Griya Permata Meri, Kelurahan Meri, Kecamatan Magersari.
Pagu pembangunan rumah pompa di bawah Dinas PU di Lingkungan Miji Baru III sebesar Rp 128.570.000,- . Sedang di Lingkungan Perum Griya Permata Meri sebesar Rp. 149.057.000,-
Sementara pagu anggaran pengadaan dan Pemasangan Mesin Pompa di Lingkungan Miji Baru III Rp. 215.735.000,- dan untuk Lingkungan Griya Permata Meri Rp 199.998.000,- . Keseluruhan dana berasal dari APBD 2012. (one)
Upaya Pemkot Mojokerto mengatasi genangan banjir dengan mendirikan rumah pompa di Lingkungan Miji Baru III, Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon ternyata menimbulkan masalah baru.
Bahan bakar solar untuk penggerak mesin pompa senilai Rp 215 juta berdaya hisap 1.600 liter per detik sulit didapat lantaran penolakan pom bensin melayani pembelian solar terbentur regulasi Pertamina.
Selain itu, penyedotan air tidak maksimal karena banyak sampah yang tersedot pipa hingga terjadi penyumbatan. Pun untuk memulai penyedotan, harus dilakukan rekayasa penggelontoran air di pipa penyedot.
“Di satu sisi kegamangan warga akan banjir mulai hilang. Tapi persoalan justru muncul terkait bahan bakar untuk mesin pompa,” kata Urip Sutrisno, Ketua RT 03/RW 03 Lingkungan Miji Baru III, Kamis (03/01/2013).
Diungkap Urip, tatkala banjir menggenangi sekitar 100 rumah warga lingkungan Miji Baru III pada malam tahun baru, mesin penyedot air di rumah pompa senilai Rp 105 juta yang baru kelar dibangun Nopember 2012 difungsikan. Namun kesulitan untuk mendapatkan solar. Semua pom bensin menolak melayani. “Karena tidak boleh beli solar dengan ditampung di jeringen,” katanya.
Beruntung, markas perbekalan TNI yang berada di lingkungan yang sama membantu pengadaan solar. “Kami dibantu 10 liter solar. Itu pun hanya mampu menghidupkan mesin pompa sekitar setengah jam saja,” ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Urip, sesuai informasi yang diterima warga, untuk pengoperasian mesin pompa, Dinas PU Kota Mojokerto menyediakan bahan bakar solar berikut operatornya. “Tapi oleh staf dinas PU warga hanya diberi uang Rp 100 ribu untuk membeli solar. Seharusnya, solar disediakan, bukan dikonversi dengan uang begitu,” singgungnya.
Sementara untuk satu unit mesin pompa bermerk Nagoya menurutnya tidak berfungsi maksimal. “Menurut operatornya, ampernya terlalu tinggi. Dan lagi, untuk awal pembuangan air harus dipancing dulu. Untuk air pancingan kami terpaksa meminjam slang pemadam kebakaran, karena volume air yang dibutuhkan cukup besar,” kungkapnya.
Kendala lain, lanjut Urip, banyak sampah yang tersedot dan menyumbat pipa sehingga harus pembuangan air ke sungai Sadar tidak bisa maksimal. “Seharusnya sampah tidak sampai tersedot, kalau saja dibuatkan jaring kawat penahan sampah sebelum melewati pipa penyedot,” tukasnya.
Data LPSE Kota Mojokerto menyebutkan, selain pembangunan rumah pompa di Lingkungan Miji Baru III, pembangunan serupa juga dilakukkan di lingkungan Griya Permata Meri, Kelurahan Meri, Kecamatan Magersari.
Pagu pembangunan rumah pompa di bawah Dinas PU di Lingkungan Miji Baru III sebesar Rp 128.570.000,- . Sedang di Lingkungan Perum Griya Permata Meri sebesar Rp. 149.057.000,-
Sementara pagu anggaran pengadaan dan Pemasangan Mesin Pompa di Lingkungan Miji Baru III Rp. 215.735.000,- dan untuk Lingkungan Griya Permata Meri Rp 199.998.000,- . Keseluruhan dana berasal dari APBD 2012. (one)
Social