PWI Mojokerto Menengok Penghuni Padepokan Among Budaya Sastro Loyo, Desa Sentono Rejo , Troloyo Trowulan
KEDATANGAN awak media yang tergabung dalam PWI Mojokerto di moment Hari Pers Nasional, di Padepokan Among Budaya Sastro Loyo, Desa Sentono Rejo , Troloyo Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (09/02/2013), bagi puluhan penderita gangguan jiwa penghuni padepokan bak mendapat guyuran semangat baru. Terapis sekaligus pemilik padepokan, Sri Wulung pun meluapkan rasa haru kala menerima bingkisan tali asih PWI Mojokerto.
"Semua bantuan ini hak kalian (penghuni padepokan). Kelola dan bagi sendiri. Saya cukup menatakan saja," ujar Sri Wulung yang akrab disapa Pak Jliteng tersebut.
Pak Jliteng, lalu singkat bertutur soal tingkat kesembuhan penghuni padepokan dengan beragam latarbelakang dan usia itu tergantung pada derajat penyakit jiwa masing-masing.
"Terapi yang saya berikan sebenarnya sederhana saja, olahraga, mengurusi kebutuhan pribadi seperti mandi, cuci pakaian dan sebagainya, serta istirahat cukup," ujar seniman ludruk tersebut.
Namun, penyadaran bahwa mereka juga bagian dari makhluk sosial yang bermartabat dan layak sejajar dalam berintertaksi menurut Pak Jliteng, yang sejatinya menjadi titik awal terapi justru paling banyak memakan waktu. "Prosesnya cukup panjang dan butuh waktu yang relatif lama." ujarnya.
Tatkala awak media berbagi, mereka tengah duduk-duduk di latar berukuran kecil berlatarbelakang nama padepokan. Tak sepatahkata pun terucap. Hanya sunggingan bibir yang tampak kering seolah mensiratkan masih minimnya takaran kepedulian dan sentuhan sosial.
"Kepedulian seperti yang dilakukan rekan media saat ini juga menjadi obat bagi kesembuhan mereka," ujar Pak Jliteng yang mengaku sudah membuka pintu terapi puluhan tahun silam itu. (one/wie)
Social