Jombang-(satujurnal.com)
Kontroversi penyembuhan pasien tuna rungu oleh ahli terapi telinga, Masudin terus bergulir. Beberapa pihak menyangsikan kemampuan pria warga Dusun Ketanen, Desa Banyuarang, ,Kecamatan Ngoro, jombang yang mengaku mampu melakukan penyembuhan tidak lebih dari 31 detik tersebut. Dinilai, penyembuhan ala Masudin hanya akal-akalan semata untuk mengeruk keuntungan. Sementara untuk tingkat penyembuhan masih dipertanyakan.
Namun, kian membludaknya pasien hingga harus masuk daftar tunggu berobat pasien tuna rungu akhir bulan Januari tahun 2014 mendatang, bagi Masudin merupakan jawaban bagi pihak yang meragukan kemampuannya.
Antrean panjang pasien pria yang mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) yang tidak saja datang dari daerah sekitar namun juga dari luar pulau di Indonesia. Ini lantaran Masudin membatasi pengobatan 30 orang pasien setiap hari. Sementara setiap harinya, lebih dari seratus pasien yang datang.
“Kalau terapi telinga yang saya terapkan menjadi kontroversi, itu sah-sah saja. Tapi yang penting faktanya,” cetus Masudin, Jum’at (15/11/2013).
Fakta yang ia maksud, bahwa metode totok syaraf yang ia terapkan mampu menolong penderita tuna rungu. “Jadi kalau disebut ada unsur penipuan, ya pasti tidak benar. Faktanya, dengan metode penyembuhan totok syaraf yang saya terapkan, banyak pasien tuna rungu yang sembuh,” katanya.
Ia pun mempersilahkan pasien untuk menguji kemampuan pendengarannya dengan uji laboratorium sebelum ia terapi. “Bisa dibandingkan, sebelum saya terapi dan setelahnya,” imbuh dia.
Masudin pun menyatakan bertanggungjawab atas praktik pengobatan yang dilakukannya.
“Saya siap mempertanggungjawabkan praktik pengobatan saya ini. Sekali lagi ini tidak ada unsur penipuan," tekannya.
Tak hanya itu, ia pun bersedia membuktikan serta menunjukkan kepada siapa saja jika seluruh pasien yang sudah ia terapi benar-benar sembuh dan sudah bisa mendengar. (rg)
Social