Walikota Mas'ud Yunus saat meninjau lokasi kebakaran pasar loak Cakarayam Jum'at (10/10/2014) |
Mojokerto-(satujurnal.com)
Puluhan pedagang korban kebakaran
Pasar Loak Cakarayam, Kota Mojokerto kembali menagih janji Walikota Mas’ud
Yunus yang akan menyediakan tempat penampungan sementara. Pasalnya, hingga dua
pekan berjalan, tak lagi muncul sinyal pembangunan penampungan sementara. Padahal,
puluhan pedagang terpuruk akibat seluruh dagangannya ludes dilalap si jago
merah dalam insiden kebakaran Kamis (09/10/2014) itu ingin segera beraktivitas.
“Janji Walikota segera membangun
tempat penampungan sementara itu dicetuskan sehari pasca kebakaran. Tapi sampai
sekarang belum ada tanda-tanda (pembangunan) apa pun. Kapan hanya ingin
kepastian, jangan kesannya digantung begini,” lontar salah satu pedagang yang
namanya enggan dimediakan, Rabu (29/10/2014).
Menurutnya, sudah ada pertemuan
antara pedagang dengan perwakilan Pemkot Mojokerto membahas soal rencana
penampungan dan bantuan dalam bentuk uang tunai yang jika dimungkinkan akan
diberikan ke semua pedagang korban kebakaran. “Tapi ya semuanya belum tuntas.
Kita diminta menunggu kabar selanjutnya. Itu saja,” ungkap dia.
Para pedagang, lanjut dia,
berharap Pemkot Mojokerto benar-benar merealisasikan janji Walikota seperti
saat meninjau dan berdialog dengan beberapa pedagang. “Kan saat itu Walikota
menjanjikan akan mendirikan penampungan sementara tidak lebih dari satu minggu,”
tandasnya.
Menurutnya, kerugian pedagang
yang sebagian besar menjual onderdil sepeda dan sepeda motor terbilang besar.
Ada satu pedagang yang bernama Yono, mengalami kerugian tidak kurang dari Rp 150
juta. Namun, rata-rata kerugian pedagang antara Rp 50 juta hingga Rp 60 juta.
Sementara itu, dilokasi
kebakaran, saat ini ada beberapa pedagang yang sudah mendirikan bedak semi
permanen. “Pedagang terpaksa mendirikan bedak sendiri sembari menunggu
kepastian Pemkot. Ini dilakukan karena pedagang ingin bangkit lagi, meski mulai
dari nol,” tukas dia.
Terpisah, Kabag Humas Pemkot
Mojokerto, Heryana Dodik Murtono tak menampik jika soal penampungan sementara
hingga saat ini masih belum bisa direalisasi. “Pemkot masih mencari formula
yang tepat. Tim dari unsur Diskoperindag, Dinas Sosial, Dinas PU mengkaji
beberapa hal yang sangat memungkinkan untuk pendirian penampungan sementara
atau jika mungkin penampungan permanen,” katanya.
Pun soal asset Pemkot yang bisa
dimanfaatkan untuk penampungan, ujar Dodik, hingga saat ini masih dalam kajian.
“Ada satu dua (lokasi) sebagai alternatif. Ini yang masih digodok,” ungkapnya.
Hal yang sudah dipastikan, lanjut
Dodik, yakni pembatasan jumlah bedak penampungan sementara.
"Sesuai data UPTD Pasar,
terdapat 32 pedagang yang menempati bedak-bedak di tiga lajur di area (Pasar
Loak Cakarayam) yang terbakar. Nantinya jumlah bedak yang didirikan di area
penampungan sementara ya sejumlah pedagang atau 32 bedak," katanya.
Pertimbangan Pemkot hanya
menyediakan 32 bedak, meski terdapat 80 jumlah bedak yang terbakar, karena yang
menjadi dasar pendirian sementara yakni kelangsungan usaha pedagang.
"Kita fokus pada
kelangsungan usaha para pedagang. Jadi ya dikalkulasi secara
proporsional," tukasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kebakaran
Pasar Loak Cakarayam, jalan Prapanca, Kelurahan Mentikan, Kecamatan Prajurit
Kulon, Kota Mojokerto, Kamis (09/10/2014) menyebabkan 80 bedak luluh lantak.
Sodikin, Kepala UPTD Pasar,
Diskoperindag Kota Mojokerto menyebut, meski jumlah tempat dagangan yang hangus
terbakar sebanyak 80 bedak, namun pemilik bedak hanya sebanyak 33 orang. Ini
karena satu pedagang di area jual beli onderdil sepeda motor bekas dan jasa
pengecatan motor ini bisa menguasai 2 sampai 3 bedak.
“Dari 3 lajur ada 80 petak atau
bedak, 33 pemilik,” kata Sodikin.
Belakangan, jumlah pemilik itu
diralat menjadi 32 orang.
Perbedaan antara jumlah petak dan
pemilik, menurut Sodikin, terjadi lantaran puluhan petak di tiga lajur di
lokasi paling utara bekas pasar hewan yang akrab disebut Pasar Pon itu tak
banyak diminati pedagang.
Fasilitas dagang yang diberikan
Pemkot Mojokerto dengan pengenaan retribusi itu semula memang dimanfaatkan
pedagang. Namun kemudian, sebagian enggan menempati hingga terjadi
pemindatanganan petak dari satu pedagang ke pedagang lainnya.
“Karena ada pedagang yang melepas
dan ada yang memanfaatkan petak untuk memperluas tempat dagangannya, ya terjadi
pengusaan lebih dari satu petak oleh beberapa pedagang,” terangnya.
Sementara soal jumlah tempat
penampungan sementara yang akan dibangun, menurut Sodikin, lebih pas jika
dibangun sejumlah pedagang yang ada. “Kalau pedagangnya 32 orang, apa tetap
minta 80 petak, tentunya ya harus ditata ulang,” tukasnya. (one/cunk)
Social