Jombang-(satujurnal.com)
Puluhan aktivis dan tokoh lintas
agama Jombang menggelar aksi keprihatinan atas tragedy Tolikara, Papua, di
Padepokan Djagat Besi Betek Jombang, Senin (20/7/2015) malam.
Aksi keprihatinan yang dikemas
dalam tema ‘Ketupat untuk Tolikara’ ini dihadiri
perwakilan PGLII Jombang, PHDI,
Staramuda, GKJW, Prasasti, FKMJ, MWC NU Mojoagung, Banser dan GP Ansor
Mojoagung, Komunitas Sukarmaju, GKI Jombang, Pemuda Muhammadiyyah, dan GUSDURian
Jombang.
Ketua Lesbumi NU Jombang, Suudi
Yatmo yang mengawali acara menyatakan keprihatinan mendalam atas tragedi
Tolikara.
Menurutnya keragaman yang menjadi
ciri khas bangsa ini tengah menghadapi ujian berat. Berbagai tindak intoleransi
atas nama agama atau keyakinan terus saja terjadi. ' Mushalla dibakar, gereja
ditutup, orang beribadah dihalang-halangi.
“Sudah sedemikian parahkah kita
kehilangan toleransi yang menjadi identitas utama bangsa ini?' singgung dia.
Kejadian Tolikara, ujarnya, tidak
boleh merembet kemana-mana, terutama di Jombang yang bakal menggelar acara
akbar Muktamar NU ke-33, Agustus mendatang.
“Dengan konsolidasi ketupat ini
Jombang harus kondusif. Tidak boleh ada gangguan atas nama suku, agama, ras,
dan golongan,” tandasnya.
Aan Anshori, aktivis Jaringan
GUSDURian Jombang yang memandu acara refleksi tersebut kembali mengingatkan
pentingnya seluruh komponen masyarakat untuk tidak mudah diadudomba.
“Ada banyak kejanggalan dalam
kasus Tolikara. Karena komunitas muslim di Papua telah hidup damai dan rukun
selama bertahun-tahun. Ada indikasi kuat kejadian ini merupakan skenario
memecah belah persatuan," telisik dia.
Ia menengara, ada upaya
sistematis untuk membenturkan anak bangsa dengan menyulut kemarahan melalui
sentimen antiIslam dan antiPapua.
“Aparat keamanan dan intelejen
jelas kecolongan atas peristiwa ini. Komnas
HAM perlu turun melakukan investigasi. Kepolisian perlu sesegara mungkin
menangkap pelaku lapangan dan aktor intelektual dibalik kasus Tolikara,” desak
dia.
Anggota Dewan Ahli Ikatan Sarjana
NU (ISNU) Jombang tersebut mengajak seluruh komponen bangsa semakin memperkuat dialog
agar tidak mudah diacak-acak kekuatan anti-NKRI.
Sementara itu, Pendeta Eddy
Kusmayadi, Ketua Badan Kerjasama Antar-Gereja (BKSG) Jombang dalam refleksinya menyesalkan
terjadi kasus Tolikara.
“Membakar rumah ibadah sangat
bertentangan dengan ajaran Kristen. Justru sebaliknya, kekristenan menjunjung
tinggi cinta kasih terhadap semua umat manusia tanpa membedakan apapun latar
belakangnya. Kami berharap aparat segera mengungkap kasus ini dan menegakkan
hukum secara adil dan transparan,” cetus Eddy.
Doa perdamaian untuk Tolikara
menjadi pamungkas acara. Pendeta Sunardi dari GKJW Jombang dan KH Suudi Yatmo
memimpin doa secara bergantian. (one)
Social