Mojokerto-(satujurnal.com)
Ribuan hektar lahan tebu milik petani tebu binaan Pabrik Gula Gempolkrep Gedeg, Kabupaten Mojokerto yang tersebar di beberapa daerah mendapat kucuran pupuk hayati gratis produk CV Rajawali Usaha Nabati (RUN) mitra pabrik bioethanol, PT Energi Agro Nusantara (Enero), anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara X yang berlokasi di Desa Gedeg, Mojokerto.
Sebanyak 50 ribu kiloliter pupuk hayati produksi CV RUN bermerk Peoce hasil olahan vinasse atau limbah bioethanol itu didistribusikan ke lahan tebu petani setiap hari sekitar 1.000 kiloliter.
Ariel Hidayat, Supervisor General Affair PT Energi Agro Nusantara mengatakan, mekanisme pemberian pupuk cair hayati ke petani melalui kerjasama dengan PG Gempolkrep PTPN X.
“Petani binaan PG Gempolkrep sebelumnya didata. Siapa saja yang menginginkan pupuk cair dari hasil olahan pabrik bioethanol (Peoce). Kemudian setelah ada data kami menganggarkan sekitar 50 ribu kilolitre untuk dipromosikan kepada petani yang sifatnya non komersial atau gratis dengan beban transportasi kami tanggung,” kata Ariel dalam perskom di PG Gempolkrep, Sabtu (16/1/2016).
Sampai hari ini, kata Ariel, sudah terdistribusi 14 ribu kiloliter Peoce yang didistribusikan ke ribuan hektar lahan petani tebu. “Tersisa 36 ribu kiloliter atau 36 juta liter yang akan didistribusikan selama 36 hari kedepan,” imbuhnya.
Penggunaan Peoce, kata Ariel, sudah melalui uji coba dan sudah mendapat ijin terdaftar dari Kementerian Pertanian. Setiap satu hektar lahan, dibutuhkan sekitar 15 ribu liter pupuk Peoce.
Menurut Ariel, terdapat perbedaan antara pupuk Peoce dengan pupuk organik lain “Kandungan pupuk kami bukan unsur-unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman, tapi kadungan pupuk cair kami adalah beberapa mikroba yang memiliki kemampuan untuk mendekomposisi tanah, seperti aceto bakter, aspirio. Nah itu nanti ketika diaplikasikan ke tanah, itu akan memperbaiki kemampuan tanah dalam menyerap unsur-unsur hara di tanah maupun di udara. Memang masih ada unsur organiknya, seperti nitrogen. Tapi kandungannya cukup rendah,” paparnya.
Pupuk hayati, lanjut Ariel, mampu memperbaiki tanah. Karena mikroba yang digunakan kemudian bahan-bahannya semuanya organik. “Tapi memang membutuhkan proses waktu yang agak lama, bukan seperti pupuk instan yang tiba-tiba diberikan ke petani, kemudian dalam beberapa waktu yang dekat bisa kelihatan hasilnya,” tukasnya.
Efek yang paling tampak, katanya lebih lanjut, dalam jangka waktu panjang tanah akan menjadi bagus. Hasilnya Visual di atas tanah, ros panjang, daun lebih hijau dan lebih melengkung, sehingga sinar matahari dapat terserap maksimal oleh tanaman. “Hasilnya bisa dilihat, paling cepat dalam satu masa tanam,” terangnya.
Harapan kami, ujarnya lebih lanjut, petani bisa menyerap pupuk kami dalam jumlah yang besar.
Namun demikian Ariel menegaskan, dalam jangka panjang pihaknya tidak uji coba terus-menerus. “Harapannya bisa sharing dengan petani ketika petani sudah mendapatkan manfaat dari penggunaan Peoce,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Samsu, Humas PG Gempolkrep mengatakan lahan tebu petani binaan yang mendapat bantuan pupuk hayati Peoce diantaranya di area Mojokerto, Jombang dan Lamongan. Sejauh ini tidak muncul resistensi dari petani tebu penerima pupuk non komersial tersebut. “Sebaliknya mereka merespon positif. Bahkan permintaan diluar petani yang terdata sebagai penerima pupuk hayati ini terus mengalir,” ungkapnya.
Diharapkan, pemanfaatan pupuk hayati petani mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dari sebelumnya. “Target produksi gula PG Gempolkrep 2015 sebanyak 10,5 juta kuintal tercapai 83 persen atau 8,791 juta kuintal. Rendemen, dari target 8,6 persen baru tembus 8,26 persen. Faktor penghambat, utamanya Elnino, kemarau panjang sejak bulan Mei (2015). Dengan kelebihan pupuk hayati, kita harapkan target produksi tahun in bisa tercapai,” pungkasnya. (one)
Social