Mojokerto-(satujurnal.com)
Dinas Pendidikan Kota Mojokerto melarang siswa merayakan hari Valentine.
Selain menjadi pemicu pergaulan bebas di kalangan pelajar, Valentine yang bukan budaya Indonesia Itu cenderung menggerus moral.
Larangan itu dipertegas dengan surat edaran kepala Dindik ke semua sekolah tingkat SMP dan SMA.
"Perayaan Hari Valentine bertentangan dengan norma sosial dan budaya Indonesia. Siswa tidak patut merayakannya, karena syarat dengan pesan dan motivasi tentang kasih sayang yang tidak pada tempatnya," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Mojokerto, Subsmbihanto, Kamis (11/2/2016).
Menurut Bambi, sapaan Subambihanto, larangan perayaan Valentine sebenarnya untuk melindungi pelajar agar tidak terjebak dalam budaya asing yang belum tentu sesuai diterapkan di Indonesia.
Sebenarnya, lanjut Bambi, selain sekolah, orang tua murid pun harus bersikap tegas melarang anaknya merayakan Hari Valentine. "Orang tua harus pula memantau sekaligus melarang anaknya merayakan Hari Valentine. Ini penting dikemukakan karena ekses negatif peringatan Hari Valentine begitu besar, " ingatnya.
Terpisah, Ketua Komisi III (pendidikan dan kesra) DPRD Kota Mojokerto, Junaidi Malik menyebut jika masih banyak pihak mengartikan Hari Valentine sebagai hari kasih sayang. Padahal menurutnya pemahaman itu salah, "Perlu diluruskan. Kenyataannya peringatan hari Valentine banyak menimbulkan mudzarat dam dampak negatif di tengah masyarakat," cetusnya.
Sebaliknya, malah dampak negatif bisa terbuka lebar krn budaya barat ini cenderung memicu pergaulan bebas yg jelas melanggar norma agama dan budaya bangsa kita.
"seharusnya pemerintah kota mengambil kebijakan tegas melarang secara resmi perayaan Hari Valentine," tukasnya. (one)
Social