Jombang-(satujurnal.com)
Umat Hindu di Jombang menyambut hari
raya Nyepi dengan menggelar arak-arakan Ogoh-ogoh berbagai bentuk. Ogoh-ogoh yang melambangkan
sifat-sifat buruk manusia tersebut dibuang agar dalam memulai nyepi manusia
sudah tidak memiliki sifat yang tidak terpuji lagi.
Arak-arakan Ogoh-ogoh ini digelar di Desa
Galengdowo Kecamatan Wonosalam ini digelar Parisada Hindu Dharma Indonesia
(PHDI) Jombang, Selasa (8/3/2016).
Beberapa kelompok ambil bagian dalam arak-arakan
ini. sehingga ogoh-ogoh yang diarak berbeda-beda. Meski Ogoh-ogoh ini terbuat
dari busa (gabus) kelompok pembawa Ogoh-ogoh tampak seperti memanggul beban
berat. Perayaan ini pun menjadi hiburan tersendiri bagi warga.
Acara rutin tahunan ini menarik
perhatian bukan saja masyarakat Wonosalam dan sekitarnya, namun juga warga dari
daerah lain, seperti warga Kabupaten Kediri. Massa memadati tepian jalan jalur
arak-arakan Ogoh-ogoh. Tak hanya Ogoh-ogoh, peserta arak-arakan juga membawa
sejumlah hasil bumi.
Arak-arakan Ogoh-ogoh menjadi daya
tarik tersendiri. Terlebih kala pembawa Ogoh-ogoh menari-nari, Sehingga wajah Ogoh-ogoh
yang tampak seram menjadi lebih menakutkan.
Arak-arakan Ogoh-goh dari pura di Desa Wonomerto menuju perbatasan Kecamatan Wonosalam
dengan Kecamatan Bareng, Di hutan jati Desa Galengdowo, Ogoh-ogoh dikumpulkan
kemudian dibakar beramai-ramai.
Sebelum Ogoh-ogoh dibakar, sejumlah
hasil bumi seperti buah-buahan sayur-mayur diperebutkan massa. Meskipun belum
tiba di garis finis namun hasil bumi sudah menjadi rebutan massa.
Ogoh-ogoh merupakan simbol dari sifat
raksasa seperti rakus,iri tamak dan angkara murka yang biasa dimiliki manusia harus
dibuang jauh dan dihilangkan. Sebab umat Hindu akan segera memasuki masa nyepi,
dimana tidak boleh ada api menyala tidak boleh ada suara serta tidak boleh
bepergian selama 24 jam. (rg)
Social