CHAMIM, kakek sebatang
kara, warga desa Kebondalem, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang , berjuang hidup
dengan penuh keprihatinan.
Selama bertahun-tahun ia
tinggal disebuah gubuk reyot berbahan
bambu yang sudah lapuk dimakan usia. Gubuk reyot yang jauh dari kata layak
untuk didiami laki-laki jompo itu semula merupakan kandang ayam,
Di usia senjanya,
laki-laki yang tak pernah berumahtangga dan sakit-sakitan ini tidak bisa
menikmati masa-masa tuanya dengan baik. Tidak ada yang mengurus dan merawat
hidupnya. Ia harus berusaha dan berjuang sendiri agar tidak kian terpuruk.
Beberapa ekor ayam yang ia miliki sedikit menjadi pelipur ditengah hidup tanpa
seorang pun yang menemaninya.
Tubuhnya yang rentah
ditambah daya ingatnya yang semakin lemah menyebabkan ia hanya bisa pasrah
melakoni hidup.
Untuk kebutuhan hidup
sehari-hari, semisal makan dan minum, ia banyak disantuni keponakan dan para
tetangganya.
Kakek Chamim mengaku tak
ingat lagi sejak kapan ia hidup di gubug reyot bekas kandang ayam itu. Yang ia
ingat, jika gubuk reyot yang ia tempati milik adik kandungnya yang meninggal
dunia beberapa tahun silam.
Lantaran tak memiliki
kamar mandi, kakek Chamim mandi di sungai dekat tempat tinggalnya. Ia pun mengaku sudah
terbiasa berendam di sungai yang acap kali keruh dan tak layak itu.
Meski hidup dengan
segala keterbatasan dan kekurangan, sebagai seorang muslim, kakek Chamim
mengaku terus menjaga salatnya. Kendati pun kala sakit, ia tetap salat. Entah
dengan duduk atau berbaring.
Kakek Chamim mengaku,
tinggal di desa Kebondalem semula sebagai pendatang dari Mojokerto yang
mengikuti dan bekerja bersama adik kandungnya. Di desa ini sebenarnya ada
keponakan, anak adik kandungnya. Namun, ia memilih tetap tinggal di kandang
ayam peninggalan adiknya ketimbang serumah dengan keponakannya. Alasan ia, agar
tak menjadi beban orang lain.
Lansia rentah yang tak
mampu lagi berjalan tegak, bahkan tertatih dan terseok-seok sekedar berpindah
tempat di ruang sempit bekas kandang ayam ini mengaku tak terjamah beragam
bantuan sosial dari pemerintah. Alih-alih bantuan, ditengok aparat pemerintah
pun sekali pun belum pernah. Bantuan pemerintah melalui program-program
pengentasan kemiskinan bukan tak ia angankan. Namun angan-angan itu pupus. (rg)
Social