Mojokerto-(satujurnal.com)
Festival
Sate dan Pesta Gizi menyambut Hari Raya Idul Adha kembali digelar Pemkot
Mojokerto, di pertigaan Jalan Gajahmada – Mayjend Sungkono Kota Mojokerto, Senin (12/9/2016) malam.
Festival
yang diinisiasi Disporabudpar, Bagian Kesra dan Humas Pemkot Mojokerto ini
sengaja digelar di tepian Sungai Brantas. Selain untuk syiar Idul Adha, festival
bernuansa bakar sate massal ini juga untuk menggenjot dunia pariwisata di kota
mungil dengan tiga kecamatan ini.
Nuasa religius di momen
Hari Raya Kurban ini menjadi kental kala perkusi dari kelompok musik Kanjeng
Sunan mengalun mengiringi Walikota Mojokerto, Mas’ud Yunus berkeliling menilik
setiap kesibukan setiap regu peserta yang digawangi sejumlah peserta dari unit
kerja Pemkot Mojokerto, organisasi keagamaan dan ormas Islam tersebut.
Setiap regu peserta
tidak hanya sibuk membolak-balik bakaran sate diatas panggangan arang api,
namun juga berusaha tampil memikat. Karena ajang bakar sate massal jilid III berhadiah
total Rp 15,35 juta ini memang menetapkan beberapa kriteria.
Selain cita rasa, tim
juri dari sebuah sekolah perhotelan di
Surabaya, pemilik restoran ternama di Kota Mojokerto dan juri professional
memberi penilaian dari sisi higinitas, kecepatan pembakaran , penyajian dan kostum
serta yel-yel regu peserta.
Suguhan tarian sufi dan
music etnik serta hiburan stand up comedy Gus Yuk Cilik Kota Mojokerto kian
melengkapi festival yang dihampar sepanjang river side Brantas tersebut.
"Animo masyarakat
di pesta gizi ketiga ini makin tinggi dibanding dua festival sebelumnya,” kata
Walikota Mas'ud Yunus usai berkeliling ke seluruh stan dengan Istri serta
pejabat teras dan unsur Forpimda.
Menurutnya, penampilan
setiap peserta dari tiga kategori, SKPD Pemkot Mojokerto, sekolah, serta ormas
dan umum cukup unik dan memikat.
“Menarik, unik dan
masing-masing membawa pesan tersendiri,” ujarnya.
Festival sate dan pesta
gizi ini yang ketiga sejak tahun 2014 ini, kata Mas’ud Yunus lebih lanjut, punya
tujuan syiar Idul Adha, simbol kepedulian, juga bagian dari pengembangan wisata
kuliner..
“Kegiatan ini bagian
dari upaya memotivasi masyarakat Kota Mojokerto agar benar-benar sadar gizi, sehingga
tidak ada lagi warga yang kekurangan gizi,” tandasnya.
Festival Sate dan Pesta
Gizi ini ujar orang nomor wahid di Kota Mojokerto, juga untuk membangun
kebersamaan. Sehingga kegiatan yang dijadikan agenda tahunan Pemkot Mojokerto
ini pun harus digelar di tempat yang berbeda-beda.
“Agar terjadi
pemerataan. Kalau yang pertama di jalan Gajahmada, yang kedua di Alun-alun,
ketiga disini (jalan Hayamwuruk), berikutnya wilayah barat Prajurit Kulon,”
tukas walikota. (one)
Social