Ponpes pesantren (ponpes) memang dikenal sebagai sebuah tempat
pendidikan agama Islam. Namun di ponpes Darul Ulum Jombang pernah dijadikan sebagai tempat
berkumpulnya para tentara pejuang kemerdekaan. Bahkan perjuangan dari pesantren ini
juga sempat menimbulkan kenangan pahit diantaranya tertembaknya seorang tokoh
pengasuh oleh tentara Belanda.
Ponpes Darul Ulum, Rejoso Peterongan, Kabupaten Jombang terletak di ujung timur gerbang perbatasan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto. Ponpes ini berdiri di masa pendudukan kolonial Belanda tahun 1885.
Di awal berdirinya, ponpes Darul Umum ternyata memiliki sejarah yang cukup kelam.
Pesantren ini bermula dari sebidang tanah di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan,
Jombang, Jawa Timur. Di masa itu, tempat ini merupakan lembah hitam para
penjahat bersarang, yang masih berupa hutan. Para penduduknya kerap berbuat
onar.
Karena keteguhan hati dan kesabarannya, KH Tamim Irsyad berhasil melakukan
dakwah dan mampu merubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dengan
membangun surau atau masjid. KH Tamim
juga mendirikan asrama bambu, untuk para santri mengaji dan memperdalam ilmu
agama.
Bahkan asrama bambu yang kini masih berdiri bangunan kokoh juga pernah menjadi
tempat pendidikan militer para Laskar Hisbullah dan Laskar Hisbul
Whaton.
Selain itu asrama ini juga pernah menjadi markas serta gudang
senjata bagi para pejuang penentang penjajah Belanda.
Selain bangunan asrama bambu yang masih lestari, jejak sejarah berdirinya ponpes
pesantren ini juga nampak dari keberadaan masjid yang berada di tengah ponpes. Masjid berarsitek Demak yang dibangun sejak abad
19 ini juga tampak masih dipertahankan.
Salah satu pengasuh ponpes pesantren Darul Ulum Rejoso KH
Cholil
Dahlan mengatakan,
ponpes
pesantren Darul Ulum berdiri, tak lepas dari perjuangan kemerdekaan
bangsa.
Selain menjadi pusat penggemblengan Laskah Hisbullah pada
masa penjajahan Belanda, ponpes ini juga sempat dijadikan sebagai
gudang senjata para pasukan Indonesia.
Bahkan,salah satu tokoh dari pesantren ini yakni Kiai Haji
Cholil Al- Juremi, meninggal dunia setelah ditembak oleh tentara Belanda saat akan menjalankan shalat.
Kini,ponpes ini terus dipertahankan demi mendidik generasi bangsa Indonesia yang islami.(rg)
Social