Korp Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Mojokerto menggelar
workshop jurnalistik bertajuk ‘Jaksa Menulis’ di Ayola Sunrise Hotel, Jl Benteng
Pancasila, Mojokerto, Kamis (8/2/2018). Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Mojokerto
digandeng untuk helatan yang diikuti puluhan jaksa dan dihadiri Kadis Infokom
Kota Mojokerto, Hartono dan Kabag Humas Pemkot Mojokerto, Choirul Anwar tersebut.
Kepala Kejari Kota Mojokerto, Halila Rama Purnama mengatakan,
jaksa yang selalu bergelut dengan dunia hukum perlu diasah kemampuannya untuk
menulis, baik artikel, opini maupun bentuk tulisan lain yang layak muat di
media massa.
“Dengan jaksa menulis, selain untuk mengasah
kemampuan menulis, juga karya tulis yang dihasilkan bisa untuk mengedukasi
masyarakat tentang peran jaksa,” kata Halila.
Diakui Halila, workshop ‘Jaksa Menulis’ terinspirasi
program jaksa menulis di Ketapang, Kalimantan Barat yang ia ketahui kala melakukan
kunjungan kerja beberapa waktu lalu.
Minat untuk mengetahui lebih jauh tentang penulisan
di media massa, ujar penyandang gelar doktor tersebut, juga tidak lepas dari pengalaman ia sebagai
narasumber kala menggelar pers conferense suatu perkara ke awak media.
“Ternyata cara mewawancarai, cara menulis para
wartawan itu berbeda dengan pegiat lainnya. Ilmu ini yang perlu kita serap.
Bagaimana mengemas tulisan sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik,” tuturnya.
Dan terpenting lagi, lanjutnya, dengan mengikuti workshop ini, jaksa akan lebih mampu mengemukakan
pandangannya lewat tulisan.
Sebelumnya, Andung Kurniawan, Ketua PWI Mojokerto menyatakan
menyambut baik kegiatan yang kali pertama digelar korp berseragam coklat tersebut.
“Dengan senang hati kami akan menularkan ilmu tentang
jurnalistik,” katanya.
Namun untuk menguasai bidang jurnalistik, lanjut Andung,
perlu dipahami benar kaidah maupun kode etik jurnalistik.
“Karena jurnalistik
bukan melulu menyampaikan informasi. Ada ketentuan yang harus diikuti agar informasi
yang disampaikan benar-benar merupakan produk jurnalistik,” ucapnya.
Selain media
massa, seperti koran, tabloid, majalah , radio dan televisi, ujar
Andung, sekarang berkembang citizen journalism atau media warga, yang juga bisa
menjadi saluran karya jurnalistik bagi jaksa.
Di lain hal, munculnya beragam media massa itu, menurut Andung, menjadikan tugas
para jurnalis menjadi kian berat.
“Karena publik akan disuguhi berbagai
informasi yang kadang kala bukan merupakan karya jurnalistik. Makanya, PWI
kemudian menginisasi pembentukan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), wadah
bagi perusahaan media siber atau media online yang bertanggungjawab sekaligus
sebagai pembeda berita-berita hoax,” tukasnya.
Tiga nara sumber dari anggota PWI, yakni Zacky
Arisal, awak Radio Maja FM, Abi Mukhlisin, Redpel Radar Mojokerto dan Rori
Nurmala, wartawan Surya dan media online Tribune News mengulas tentang kiat
menulis di media massa. Dari soal modal dasar yang harus dimiliki calon penulis
atau jurnalis pemula, kaidah-kaidah jurnalistik, proses kreatif, kemampuan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar hingga cara mengemukakan pandangannya lewat tulisan
melalui praktek menulis.
Karyadi, wartawan Harian Bhirawa yang menjadi
moderator mengatakan, butuh waktu dan keseriusan mengasah kemampuan agar karya
seseorang bisa menjadi karya jurnalistik.
“Artinya, workshop ini untuk menambah wawasan sekaligus melatih kemampuan menulis, bukan cara instan untuk menjadi seorang penulis atau jurnalis,” katanya. (one)
“Artinya, workshop ini untuk menambah wawasan sekaligus melatih kemampuan menulis, bukan cara instan untuk menjadi seorang penulis atau jurnalis,” katanya. (one)
Social